-Bagi seorang anak muda, organisasi adalah senjata utama dalam melatih kemampuan kepemimpinan.
-Dalam organisasi cuma terdapat seorang pemimpin. Tapi jiwa-jiwa pemimpin harus dimiliki seluruh anggotanya.
-Tanpa Komunikasi yang baik, sebuah organisasi hanya akan menjadi Rumah besar yang kumuh dan tak berisi.
-Organisasi adalah sekolah bagi para calon pemimpin
A.
Konsep
Dasar Organisasi
Untuk menjalani masa kini dan masa depan, organisasi
harus menekankan pada dua hal: bakat dan lingkungan. Suatu organisasi harus
mempekerjakan dan mempertahankan anggota atau keryawan yang terbaik, tercerdas,
dan sangat beragam dalam rangka melaksanakan inovasi. Tujuannya adalah untuk
menciptakan tenaga kerja berbakat dan yang bersatu. Organisasi harus memiliki
karyawan yang akan bekerja sama untuk menghasilkan prodak yang lebih baik
dengan lebih cepat atau melaksanakan proses yang lebih baik ditempat kerja.
Organisasi perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai untuk
inovasi. Suatu organisasi harus mampu menciptakan: pertama, sebuah lingkungan pembelajaran yang konstan untuk
mendukung adanya tantangan positif. Kedua,
sebuah lingkungan yang tidak menakutkan, tempat untuk terjadinya komunikasi
dan kolaborasi antara orang yang satu dengan yang lain. Ketiga, sebuah lingkungan yang
beragam, tempat orang berfikir dengan berbeda dan menghargai pemikiran orang
lain. Keempat, cara baru memandang
suatu masalah dan peluang serta sebuah kepekaan yang kuat atas adanya sesuatu
yang mendesak. Kelima, sebuah budaya
yang memengaruhi bakat secara efektif.
Jack Welch mengatakan hanya keunggulan kompotitif
yang berkelanjutanlah yang dapat menimbulkan inofasi dan perubahan yang lebih cepat dari
pesaing terkuat. Kendaraan yang tercepat adalah hasil ciptaan kelompok
desainer, teknisi, dan produsen paling berbakat, sebuah campuran kemenangan
dari pemimpin berbakat dan karyawan yang sangat termotivasi serta pekerja
keras. Pengendali yang berbakat adalah manager-pemimpin, yaitu orang yang
mempertahankan kombinasi kemenangan antara perkembngan yang berkelanjutan dan
keusangan yang tepat waktu melalui system manajemen yang tepat.
Komponen organisasi yang sangat penting memerlukan
sikap yang proaktif, kreatif, inisiatif, dan kreatifitas. Bila orang berbakat
tidak bekerja secara maksimal dan dikendalikan secara cerdik oleh manager, maka
sebagian besar mereka dan organisasi
akan sia-sia. Baldridge (1871) dan ahli
politik lainnya memandang organisasi sebagai persatuan yang mencakup satu set
kepentingan yang bebeda-beda dari indifidu dan kelompok. Karena organisasi
adalah persatuan maka tidak dapat ditolak organisasi mempunyai banyak
kemungkinan, konflik tujuan-tujuan, yang berubah sebagai keseimbangan dalam
perubahan organisasi.
Pimpinan dengan kekuasaan yang dimilkinya membuat
keputusan yang mesti diterima oleh banyak bawahannya, pimpinan membuat
keputusan yang rasional, memonitor pelaksanaan keputusan dan menilai bagaimana
baiknya bawahan melakukan pengarahan.
B. Genealogi Perjuangan
Organisasi
1.
Pengertian
Organisasi
Schein
(1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu kordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai bebrapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan
dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan
bahwa organisasi mempunyai karakteristik
tertentu yanitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian
dengfan bagian dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkordinasikan
aktifitras dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan
bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksud Schein ini adalh
merupakan suatu sistem.
Kochler
(1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang
mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencap[ai tujuan tertentu. Lain
lagi dengan pendapat wright (1977); mengatakan bahwa organisasi adalah suatu
bentuk system terbuka dari aktifitas yanhg dikoordinasi oleh dua orang atau
lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.
2.
Elemen
Organisasi
a.
Struktur sosial; pola
atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipasi dalam suatu organisasi.
Struktur sosial menurut Davis (Scoot, 1981) dapat dipisahkan menjadi dua
komponen. Pertama, struktur
normatif. Mencakup nilai, norma dan
peranan yang di harapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih
tujuan tingkah laku. Norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan. Peranan yang diharapkan
digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku kariawan yang sesuai dengan
posisinya. Kedua, struktur tingkah
laku. Dipertlihatkan manusia dalam organisasi yang mempunyai karakteristik umum
yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku seperti mengasingkan diri dan
membenci tau dibenci.
b.
Partsisipasi; individu
yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua indifidu berpartisipasi
lebih daripada suatu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing
organisasi tersebut sangat berfariasi. Misalnya seorang kariawan pada suatu
persuhaan adalah anggota organisasi dari perkumpulan perusahaannya, anggota
dari masyarakat, dan organisasi lainnya.
c.
Tujuan; ahli tingkah
laku menjelaskan bahwa hanya individu-individu yang mempunyai tujuan organisasi
sedangkan organisasi tidak. Bagi kebanyakan analisis, tujuamn merupakan suatu
titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasis sebagai
suatu konsepsi akhir yang diingini, atau kondisi yang berpartisipasi usakan
mempengaruhinya, melalui penampilan aktifitas tugas-tugas mereka.
d.
Teknologi; penggunaan
mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan
keterampilan partisipan. Masing-masing organisasi mempunyai teknologi dalam
melakukan pekerjaannya. Beberapa organisasi memproses mjateri input atau masukan
dan membangun perlengkapan perangkat keras (hard ware). Organinasi lainnya
memproses orang, hasil produksinya beriskan individu-individu yang
berpengetahuan, terampil dan individu yang lebih sehat.
e.
Lingkungan. Parson
(Scoot, 1981) memberikan perhatan pentingnya hubungan antara tujuan organisasi
dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Suatu organisasi mengharapakan
dukungan sosial bagi aktrifitasnya untuk merefleksikan nilai masayarakat pada fungsinya.
3.
Karakteristik
Organisasi
Tiap organisasi di samping mempunyai elemem yang umum
juga mempunyai karakteristik yang umum. Di antara karateristik tersebut adalah
bersifat dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan dan struktur.
a. Dinamis;
Orgtanisasi sebagai suatu system terbuka terus menerus mengalami perubahan,
karena selalu menghadapai tantangan baru dari lingkungannya dan perlu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut. Sifat
dinamis disebabkan: pertama, perubahan
ekonomi dan lingkungannya artinya semua organisasi memerlukan sumber keuangan
untuk melakukan aktifitasnya. Kedua, perubahan
pasaran. Kebanyakan organisasi pasarannya adalah hasil produksi atau pelayanan.
Karena pasaran itu teregantung pada langganana yang menggunakannya maka
organisasi harus snsitif tehadap perubahan sikap langganannya.
b. Invormatif;
adanya informasi bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia, begitupun sebaliknya dengan tidak adanya informasi
suatu organisasi dapat macet atau mati. Maka perlu adanya peran komunikasi
organisasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi.
c. Tujuan;
tujuan organisasi kehendaknya dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga
setiap anggota dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui
partisipasi-individual.
d. Struktur;
menjadi sangat penting sebagai pembakuan prosedur kerja dan menkhususkan tugas
yang berhubungan dengan proses produksi dan memiliki hal yang sngat umum dalam
organisasi---sumber daya manusia,
keterampilan, energy, dan lingkungan.
a.
Teori klasik
Pertama, teori sintifik manajemen W. Tylor yang menekanan pada
pembagian pekerjaan untuk mendapatkan hasil maksimal dengan biaya seefisien
mungkin. Kedua, Hendry Fayol 1919 mengembangkan
teori W. Tylor dengan menekankan pada spesialisasi pekerjaan, otoritas,
kontrol, dan pendelegasian tanggung jawab. Teori saintifik manajemen
pengelolaan organisasi berdasarkan pada prinsip: pembagian pekerjaan, otoritas
dan tanggung jawab, kesatuan komando, pembayaran yang wajar, sentralisasi,
perintah, inisiatif, dan rasa kesatuan korps. Ketiga, teori birokrasi yang dikembangkan oleh Max Webber 1947 yang
menekankan pada pentingnya bentuk struktur hirarki yang efektif bagi
organisasi. Karateristik borokrasi tersbut adalah sebagai berikut:
1.
Adanya
aturan-aturan, norma-norma dan prosedur yang baku mengenai apa yang
dilakukandalam penyelesaian tugas-tugas organisasi.
2.
Spesialsasi peranan
anggota oranisasi menurut pembagian pekerjaan.
3.
Hubungan
interpersonal diantara anggota organisasi bersifat profesional dan personal.
4.
Rasionalitas dan
kemungkinan meramalkan aktifitas
organisasi dan penyelesaian tujuan
b.
Teori Hubungan manusia
Manusia sebagai anggota organisasi adalah inti dari
organisasi sosial. Teori ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan
sosial dalam kehidupan organisasi serta menyarankan strategi peningkatan dan
penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi yang
dapat membantu individu mengembngkan potensinya.
Hawthorne mengidentifikasi beberapa isu kemanusiaan yang
penting dalam penampilan pada organisasi. Pertama,
pengruh peneliti kepada produksi pekerja dalam penelitian cahaya, mulai
menunjukkan pengaruh komunikasi manusia terhadap tingkah laku anggota
organisasi. Kedua, pengarh positif
dari individu kepada pekerja mengarahkan kepada identifikasi mengenai
komunikasi upward atau komunikasi
dari bawah kepada atasan dan balikan dari pekerja kepada super visor sbagai
aktifitas organisai yang berguna. Ketiga,
penemuan norma-norma sosial bagi pekerja mengarahkan idetifikasi mengenai
adanya pengaruh chanel informal dari kamunikasi pada anggota organisasi.
c.
Teori Politik
Ahli teori politik melihat kekuasaan (power), konflik dan
distribusi dari sumber-sumber yang langkah sebagai pokok permasalahan pada
organisasi. Mereka memandang organisasi sebagai arena politik yang hidup, yang
beri suatu variasi kompleks dari kepentingan individu dan kelmpok. Preporsisi
dari perspektif politik menurut Bolman (1988):
a.
Kebanyakan dari
keputusan-keputusan penting dalam organisasi mencakup alokasi sumber-sumber
yang langkah.
b.
Organisasi adalah
komposisi gabungan dari sejumlah kepentingan individu dan kelompok.
c.
Kepentingan
individu dan kelompok bereda-beda dalam nilai-nilai mereka; kesukaan,
kepercayaan, informasi, dan persepsi mengenai realitas.
d.
Tujuan-tujuan dan
kaputusan organisasi timbul dari proses perundingan, negosiasi dan merebut
posisi diantara ndividu dan kelompok.
e.
Karena langkanya
sumber-sumber dan adanya perbedaan yang abadi kekuasaan dan konflik merupakan
pusat kehidupan organisasi.
d.
Teori Simbolik
Pendekatan simbolis sering digunakan pada organisasi yang
tujuannya tidak jelas dan tekhnologinya tidak pasti. Pada organisasi yang
demikian keragu-raguan ada dimana-mana. Misalnya, siapa yang punya kekuasaan?
Apa itu keberhasilan? Adakah pembuatan keputusan dan adakah tujuan? Jawaban
dari semua pertanyaan itu seringkali diselubungi ketidakpastian.
Perspektif teori simbolis didasarkan pada asumsi mengenai
hakikat organisasi dan tingkah laku manusia: pertama, apa yang paling penting mengenai suatu kejadian adalah
bukan apa yang terjadi tetapi arti dari apa yang terjadi. Kedua,arti dari suatu kejadian tidak ditentukan secara sederhana
dari apa yang terjadi tetapi cara-cara manusia menginterpretasikannaa yang
terjadi ketiga, banyak
kejadian-kejdian dan proses yang paling penting dalam organisasi pada dasarnya
meragukan dan tidak pasti. Seringkali sulit atau tidak mungkin utuk mengetahiu
apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi, atau apa yang terjadi berikutnya. Keempat, keragu-raguan dan ketidak
pastian meruntuhkan pendekatan rasional menganalisis, memecahkan masalah, dan
membuat keputusan. Kelima, bila
menghadapi katidak pastian dan keragu-raguan, manusia menciptakan simbol-simbol
untuk mengurangi keragu-raguan, menghiangkan kebingungan, menambah untuk memprediksi dan untuk
memberikan arah perjuangan menuju realitas yang sesungguhnya.
D. Perjuangan dan Gerakan Sosial
1.
Struktur
Mobilisasi
Sejumlah akademisi gerakan sosial;
McAdam, McCarthy dan Zald mendefinisikan struktur mobilisasi sebagai kendaraan
kolektif baik formal maupun informal. Melalui kendaraan ini, masyarakat
memobilisasi dan berbaur dalam aksi bersama. Konsep ini berkonsentrasi kepada;
jaringan informal, organisasi gerakan sosial dan kelompok-kelompok di tingkatan
meso. McCarthy mengungkapkan bahwa
struktur mobilisasi adalah sejumlah cara kelompok gerakan sosial melebur dalam
aksi kolektif—termasuk di dalamnya taktik gerakan dan bentuk organisasi gerakan
sosial. Struktur mobilisasi juga memasukkan serankaian posisi-posisi
sosial dalam kehidupan sehari-hari dalam
struktur mobilisasi mikro. Tujuannya adalah mencari lokasi-lokasi di dalam
masyarakat untuk dapat dimobilisasi.
Dalam konteks ini, unit-unit keluarga, jaringan pertemanan, asosiasi tenaga
sukarela, unit-unit tempat kerja dan elemen-elemen negara itu sendiri menjadi
lokasi-lokasi sosial bagi struktur mobilisasi mikro.
Berdasarkan definisi
McCarthy terdapat dua kategori yang membuat struktur mobilisasi, yaitu;
struktur formal dan informal. Mobilisasi
terjadi karena organisasi formal seperti jaringan kekerabatan dan persaudaraan
menjadi dasar bagi rekruitmen gerakan. McCarthy
dan Wolfson juga menunjukan bahwa struktur informal menjadi kontributor penting munculnya gerakan- gerakan
lokal. Konsep struktur informal kemudian
berkembang menjadi lebih luas ketika dihubungkan dengan mobilisasi
gerakan. Woliver, sebagai contoh
menekankan pentingnya faktor ingatan komunitas sedang Gamson dan Schmeidler
mengidentifikasi beberapa faktor jaringan struktur informal seperti, perbedaan
dalam sub-kultur dan infrastruktur protes.
Kelompok-kelompok organisasi formal juga memainkan peranan penting dalam
membentuk struktur mobilisasi. Akademisi
mengategorikan mereka sebagai organisasi gerakan sosial. Akan tetapi, seperti
halnya struktur informal, struktur formal juga memiliki bentuk kelembagaan yang
beragam. Lofland memfokuskan kepada kelompok akar rumput yang mandiri dan
menekankan kelompok akar rumput sebagai jenis bentuk struktur lokal di
masyarakat lapisan bawah. Model organisasi formal akar rumput menurut
Rucht menjadi pelaku protes politik yang
radikal dan memiliki komitmen tinggi terhadap gerakan.
2.
Proses
framing
Gerakan
sosial terletak sampai sejauh mana
mereka memenangkan pertempuran atas arti.
Hal ini berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhi makna
dalam kebijaksanaan publik. Karena itu, pelaku perubahan memiliki tugas
penting membuat framing menyangkut masalah-masalah sosial dan ketidak
adilan. Cara ini untuk meyakini kelompok sasaran yang beragam dan luas sehingga
mereka terdorong mendesakkan sebuah perubahan. Dua komponen penting menurut
Snow dan Benford dalam memfreming gerakan;
Pertama, diagnosis elemen atau
mendefinisikan masalah dan sumbernya dan Kedua, prediksi elemen sekaligus
mengidentifikasi strategi yang tepat untuk memperjuangkan masalah tersebut.
Zald mengidentifikasi beberapa topik penting yang
tidak hanya berhubungan dengan proses framing
tetapi memainkan peranan penting
dalam membentuk framing—topik-topik
ini menjadi sumber dasar framing.
Topik pertama adalah kontradiksi budaya dan alur sejarah. Dia berpendapat bahwa kesempatan politik dan
mobilisasi, seringkali tercipta melalui ketegangan budaya dan kontradiksi yang
telah berlangsung lama muncul menjadi bahan proses framing seperti, keluhan dan ketidakadilan, sehingga aksi kolektif
menjadi mungkin. Kontradiksi budaya juga
menjadi penyebab mobilisasi ketika dua atau lebih tema-tema budaya yang
memiliki potensi kontradiksi di bawa kedalam kontradiksi aktif melalui kekuatan
aksi kolektif. Kemungkinan lain, misalnya, ketika realitas perilaku sekelompok
masyarakat dilihat secara substansi memiliki perbedaan dari justifikasi
ideologi sebuah gerakan sosial.
Aktor-aktor
berbeda baik di dalam maupun dil luar sebuah gerakan, dalam konteks beragamnya
kelompok sasaran, adalah faktor melebarnya
framing. Oleh karena itu, Zald menyatakan bahwa topik kedua proses framing sebagai sebuah aktivitas
strategi. Keretakan dan kontradiksi budaya menyediakan konteks dan sekaligus
kesempatan bagi kader-kader gerakan, yaitu, pemimpin, partisipan inti, aktivis
dan simpatisan. Akan tetapi, ada sebuah proses aktif framing dan pendefinisian ideologi, simbol, peristiwa-peristiwa
yang mampu menjadi ikon oleh para pengusaha moral. Para pengusaha moral ini
bisa dari kalangan aktivis maupun dari kalangan di luar aktivis termasuk
kalangan wartawan, masyarakat, asosiasi pemimpin, politisi, dan penulis
semuanya berkontribusi menentukan pilihan strategi framing dalam gerakan sosial.
3.
Repertoire
Para akademisi gerakan sosial juga
mempergunakan repertoire of contention atau
pilihan bentuk taktik dan strategi aksi dalam menjelaskan aksi bersama dan
bentuk protes lainnya—Charles Tilly sebagai perintis pertama tahun 1970-an. Kata repertoire
merujuk pada serangkaian rutinitas terbatas yang di pelajari, dibagi dan
diejawantahkan melalui proses pilihan yang membebaskan. Repertoire
adalah sebuah penciptaan budaya
melalui proses pembelajaran. Mereka
bukanlah sekumpulan kata filosofis yang abstrak atau berasal dari propaganda
politik. Repertoire muncul dari perjuangan.
Orang-orang belajar, sebagai contoh; menghancurkan jendela-jendela
didalam protes, menyerang tempat-tempat penjara, menghancurkan rumah-rumah para
bangsawan, demonstrasi di jalanan, mengeluarkan petisi, pertemuan formal dan
mengorganisasi pertemuan-pertemuan asosiasi khusus. Tilly, lebih lanjut
menjelaskan bahwa repertoire adalah
sekumpulan alat yang di pergunakan
sekelompok masyarakat dalam mencapai keinginan mereka. Karenanya
Tarrow, mengategorisasi konsep repertoire yang di gagas Tilly sebagai repertoire umum karena mengakomodasi semua alat repertoire yang dapat di pergunakan oleh
masyarakat.
E.Pemimpin; Penentu Perjuangan Organisasi
Kepemimpinan dapat dilihat secar beragam sebagai
karateristik dimiliki sejak lahir oleh pria dan wanita besar sepanjang sejarah;
sebagai yang proses yang ditentukan oleh tujuan dan nilai bersama; atau aspek
prilaku, baik yang diinginkan dan dalam kendali setiap orang, maupun disisi
lain yang bersifat reaktif dikendalikan oleh sejumlah kekuatan dalam
lingkungan.
Kepemimpinan menekankan pada alasan yang menjelaskan
mengapa pemikiiran tentang kepemimpinan telah menjadi inti pertumbuhan dan pengembangan masa kini.
Lebih jauh, analisis yang difokuskan pada cara pengembngan organisasi
memerlukan aplikasi dari filosofi dan sitem kepemiminan tertentu untuk menjamin
ketentuan hidup dan kesejahtraan.
Penangan hal-hal yang kontradiktif adalah aktifitas
kepemimpinan yang tak terpisahkan dan merupakan eterampilan utama. Bagaimana
seseorang bisa menjadi bersifat etis dan politis pada saat yang bersamaan?
Bagaimana seseorang dapat bersikap sensitif terhadap orang lain tetapi juga
bisa melakukan perubahan dengan disiplin dan tekad yang bulat? Bagaimana
seseorang dapat memberikan perhatian kedetail namun juga mempertahankan dan
mengejar kemunggkinan yang bahkan belum jelas dan benar?
Kontradiksi-kontradiksi ini memunculkan syarat utama dari kepemimpinan yang
berforma tinggi, yaitu keseimbangan elemen transfirmasional dan transaksional.
Jawaban lain dari Karl Marx dalam dialektika matrealis
sebagai dialektika refolusioner. Artinya, jika persoalannya ingin didekati
melalaui jalur yang benar, maka jalur itu harus diketahui benar, sebelum kita
membuka sebuah diskusi mendalam perihal metode dialektika itu sendiri.
Teori menjadi sebuah kekuatan material manakal bergabung
dengan masa. Untuk sampai ketitik ini, wajiblah kranya menemukan ciri-ciri dan
definisi-definisi, baik teori maupun car-cara bergabung dengan massa itu, yang
akan mengubah teori, metode dialektika, menjadi kendaraan refolusi. Marx jelas-jelas
mendefinisikan kondisi-kondisi tentang hubungan antara teori dan praktek
menjadi mungkin. “Tidaklah cukup jika pikiran harus berusaha merealisika
dirinya; kenataan juga harus berjuang menuju pikiran.” atau, sebagai mana yang
dia ungkapkan dalam karya awalnya: “maka, akan disadarilah bahwa dunia sudah
lama mengambil bentuk sebuah mimpi yang hanya perlu dikuasai secara sadar agar
dapat dikuasai didalam relitas”. Ketika kesadaran berdiri dalam hubungan
semacam itu dengan realitas, berubahlah teori dan praktek dapat disatukan. Agar
hal ini dapat terjadi, kemunculan kesadaran harus menjadi tahap paling menetukan yang mesti dilalui proses historys dalam
langlahnya menuju tujuannya “tujuan yang dibentuk oleh kehendak manusia, namun
tidak tergantung pad keinginan sesaat maupun produk temuan-temuan manusia”.
Pemimpin yang melaksanakan transformasi mengubah
parameter status quo, dan memberikanvisi ntuk masa depan lalu meluangkan waktu
serta usaha untuk menyebarkan visi tersebut keorang lain. Dengan berbagai visi,
mereka memperjelas masa sekarang, menjelaskan bagaimana masa lalu memengaruhi
masa kini, dan meningkatkan pandangan akan masa depan. Agar efektif, pemiimpin
transpormatif harus mendengarkan sekaligus bersikap konsisten, keras hati,
serta terfokus pad dua hal, yaitu memberdayakan orang lain dan mempertahankan
momentum. Seorang pemimpin, yang menunjukkan kekuatan transpormatif semacam
ini, akan masuk kedalam jiwa dan pikiran orang lain serta, oleh karenanya,
meningkatkan kewaspadaan orang lain yang membuat orang-orang itu merasa lebih
bersemangat untuk berjuang demi hasil akhir yang lebih baik.
a.
Kelompok Lahir untuk Memimpin
Kegagahan fisik yang dikombinasikan dengan disiplin,
kepintaran, dan kefasihan berbicaradapat leih unggul ketimbang konservatisme
yang timbul dari mediasi, maka lahirlah era dari kepemimpinan dimedan perang.
Pejuang yang terkenal, pangeran Rupert yang glamor dan Napoleon yang pemarah
tapi cerdas, menggambarkan figur pemimin yang lebih romantis, orang yang secara
fisik dan intelektual memiliki kesempatan tambahanuntuk memimpin dan menang.
Karena perselisihan akibat penetapan batas wilayah berkembang menjadi
perkelahian yang penuh tak-tik dimedan perang untuk menguasai tanah dalam
wilayah milik orang lain, pemipin transformasional yang heroik maju
kemuka-dicemburui, ditakuti, bersifat misterius, dan menjadi teladanuntuk
diikuti orang lain. Konsep kepemimpinan transformasional menjadi tertanam
dengan dalam dipemahaman sejarah dan
untuk generasi selanjutnya.
b.
Kelompok “Pengembangan Diri”
Yunani kuno, penemu dari gerakan kebijaksanaan dalam
kepemimpinan, sangat dipengaruhi oleh pertanyaan Sokrates tentang ‘apa yang
seharusnya dilakukan seseorang?’ paradok Sokrates menutut suau pertanggug
jawaban dari individu, misalnya tentang alasan yang membuat mereka lebih
memilih satu tujuan dari pada tujuan yang lain. Jadi, Sokrates meminta sitiap
orang untuk menemukakan apa yang mereka anggap baik, atau paling tidak
menjelaskan tindakan mereka. Perjalanan melalui hambatan dan kebutuhan untuk
pembenaran atas tindakan membawa kekonsep kebijaksanaan, yang merupakan
inspirasi untuk menemukan dan membentuk jalan dengan mengatasi gangguan. Dengan
membicarakan pertnyaan tentang hal yang harus dilakukan, Sokrates
mengkombinasikan kecerdasan dengan kerendaan hati, dan Rasionalitas dengan
reaksi emotif, untuk mencari jalan guna melalui tantangan kehidupan yang tidak
dapat dilakukan secara berarti tanpa adanya penilaian diri. Jadi, filosofi
Sokrates mengabaikan interpretasi genetik tentang pemimpin yang diahirkan,
karena tidak ada seorangpun yang tetap “dalam kotak” kecuali diikat oleh
peerspektif mereka sendiri.
Pencarian Plato tentang pmimpin yang berfikiran terbuka,
yaitu orang yang dapat mengatasi kompleksitas manajemen manusia melaui
kepemilikan visi intelektual, memberikan dasar untuk otoritas yang hati-hati.
Keinginan Plato untuk suatu pertahanan melawan orang-orang yang mengatur
negara, yang sesuai dengan dorongan hati dan sikap yang elegan, didorong oleh
kecurigaan yang besar terhadap kepemimpian yang tidak logis dan tak terduga.
Untuk mengatasi emosi dan ambisi yang tak produktif, Plato menekankan
pengembngan pemimpin sebagai salah satu cara membebaska diri dari kungkungan
yang terus menerus terjadi, yang bila tidak dikurangi akan membatasi dan
merusak negara. Tujuan Plato adalah agar setiap pemimpin memelihara “satu
kebenaran” milik mereka.
Niccolo Machiavelli memfokuskan pada aspek yang lebih
praktis tentang tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin.
Machiavelli mengatakan bahwa bila anarki politis adalah untuk dihindari, maka
kepedulian tentang kebenaran dan moralitas berada pada urutan setelah
perjuangan dan penciptaan kekuatan sesuai dengan situasi, pemipin seharusnya
dipersiapkan untuk menggunakan segala alat yang diperlukan untuk mempertahaankan
dan meningkatkan kesejahtraan negara. Sama dengan Plato, tetapi untuk alasan
yang berbeda, Machiavelli menghubungkan kebutuhan negara dengan keinginan
idividu, tetapi dengan mengambil posisi yang lebih rendah dari rantai nilai.
Dalam situasi ketika timbul minat yang berbeda orang yang berhasil dan
mendominasi orang lain menjadi pemimpin, sehingga menimbulkan konsep “kekuatan
superior”. Perbedaan Sokrates dan Machiavelli adalah antara nilai, disatu sisi,
dan pragmatisme murni, disisi lain. Persamaannya, bagaimanapun, adalah bahwa
keduanya mengatakan bahwa untuk kemajuan individu, adalah hal yang mendasar
untuk memahami konteks yang diperlukan guna mengidentifikasi cara-cara melalui
tantangan.
Toisme adalah deskripsi kehidupan (tao berati jalan), yang srlanjutnya dibentuk oleh interaksi antara
Yin dan Yang. Yin dan Yang , yang digambarkan dalam bentuk bukti gelap dan
terang, menekankan bagaimana tao
(jalan yang terbentang) dibentuk oleh aliran kekuatan yang
kompleks dan bertentangan. Untuk kemajuan, hal yang brtantangan harus
diseimbangkan, seperti sosialitas dengan individualitas, keteraturan dengan
spontanitas, satuan dengan perbedaan.
Stephen Covey menjelaskan betapa karakter individu adalah
dasar efektifitas pribadi sehingga kepemimpinan berarti pemegang kendali dari
pengembangan karakter. Tujuh kebiasaan yang dicetuska Covey adalah usaha untuk
menjelaskan betapa orang rapat menjadi sangat efektif, melalui prinsip-prinsip
seperti integritas, sikap rendah hati, dan loyalitas.
F.
Kekuasaan Situasionalisme dan Pribadi
Kekuasaan adalah hasil kompleks dari posisi dan karakter pribadi. Sejumlah orang memiliki keterampilan atau
karateristik yang memungkinkan mereka untukbersikap dominan atas orang lain;
sejumlah orang memiliki posisi di organisasi yang memungkinkan mereka untuk
memiliki akses yang lebih banyak kesumber daya, informasi atau hubungan.
Tidak perduli betapa besar usaha yang dibuat untuk membuat organisasi
menjadi tidak terbatas, untuk menghilanglan perbedaan yang tidak logis antara
anggota yang ada atau untuk meningkatkan keterampilan individu, namunperbedaan
kemampuan untuk memengaruhi tetap ada. Posisi dan keterampilan biasanya sling
berinteraksi. Sejumlah ciri pribadi meningkatkan peluang untuk memliki kekuasaan situasional, dan memiliki
suatu posisi yang kuat dapat meningatkan pengembangan keterampilan pribadi.
Cara kekuasaan bekerja adalah mereka yang memiliki dan menggunakannya
secara efektif akan mendapatkan lebih banyak kekuasaan (seperti yang kita lihat
pada Welch). Keberhasilan dalam manyelesaikan tugas penting adalah komponen
penting pertama dari pemikiran kekuasaan; meakipun melakukan suatu pekerjaan
dengan baik mungkin belum cukup menjamin bahwa kekuatan tersebut belum cukup
besar untuk menyelesaikan tugas yang lebih besar, tetapi hal itu biasanya
merupakan nilai awal.
Kekuasaan adalah tentang perbedaan nyata dalam kemampuan untuk mengontrol
aset berharga, yang menyebabkan kemampuan yang lebih besar untuk mengontrol
informasi, sumber daya atau hubungan.
Dalam kehidupan organisasi, kekuasaan yang “disosialisasikan” seperti yang
dinyatakan McClellan (yaitu, untuk melayani tujuan organisasi), lebih efektif
daripada bentuk kekuasaan lain. Karena kekuasaan yang disosialisaikan diterima
dan dihargai, maka kekuasaan tersebut meningkatkan keuasaan dari orang yang
menggunakannya.
a.
Cara Berubahnya Kekuasaan dan Pengaruh
Dua kekuatan utama akan memenagruhipenggunaan kekuasaan dalam organisasi dalam
abad 21. Ada kebutuhan yang semakin meningkat untuk perubahan yang cepat dan
penting,serta pengetahuan dan keahlian yang dierlukan akan lebih tersebar
diseluruh organisasi. Kekuatan ini akan menyebabakan penggunaan dan pembentukan
kekuasaan dalam 3 cara :
1.
Ketegangan antara
kebutuhan untuk mepercepat tindakan serta kebutuhan untuk mengumpulkan
pengetahuan dan keaahlian untuk membuat keputusan yang tida ketinggalan zaman
akan membutuhkan jumlah total kekuasaan
dalam organisasi.
2.
Untuk memastikan
bahwa ada otonomi dan kecepatan yang cukup, visi organisasi yang jelas harus
diutarakan dan dilaksanakan.
3.
Selanjutnya,
pengaruh timbal balik akan menjadi semakin diperlukan sebagai cara untuk
memastikan kerja sama demi tujuan organisasi.
b.
Kekuasaan untuk mengatasi dilema
Dilema adalah hal yang nyata dan tidak akan mengghilang
dimasa yang akan datang, untuk mengatasinya dibutuhkan cara: pertama, meningkatkan jumlah total dari
kekuasaan disitem manapun, sehingga semua anggota dapat menjadi lebih efektif.
Kekuasaan organisasi sering dianggap terbatas, komuditas tetap, subjek
perjuangan yang dilakukan oleh pemain lawan. Dalam sejumlah situasi, hal itu
adalah suatu deskripsi yang akurat dan individu yang tidak tahu cara
berpartisipasi (atau tidak perduli melakukan hal yang diperlukan) secar efektif
untuk suatu kekuasaan pada akhirnya relatif tidak berkuasa, atau bahkan
dikeluarkan dari organisasi. Kedua, menggunakan
dan memperkuat visi yang diekspresikan sebagai suatu elemen yang menyatukan.
Bila ada visi yang paling dipercaya, maka visi dapat berfungsi sebagai batasan
yang luas ketimbang pemimpin harus menggunakan kekuatan pribadi atau posisional
untuk mengatur anggota. Visi dapat mendorong terjadinya diskusi dan untuk
memberikan efek pengingat bag orang bahwa terkadang kepentingan mereka harus
dibatasi oleh manfaat bagi seluruh organisasi dan tidak hanya untuk individu
tertentu.
Visi itu sendiri adalah sumber pengaruh yang kuat,
menggerakan orang yang hanya menundukan kepala mereka dan hanya memikirkan
fungsi dan proyek mereka sendiri. Suatu presentase yang tinggi dari karyawan
yang kebutuhan dasarnya sangat terpenuhi ingin, merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki
arti, membuat perbedaan bagi orang lain dan bagi dunia. Keinginan itu dapat
menjadi suatu kekuatan potensial ketika pemimpin diseluruh organisasi mampu
mengutarakan visi yang memperjelas
dampak dari pekerjaan. Ketiga, pengaruh
timbal balik, meningkatkan kualitas pembuatan keputusan. Salah satu cara yang
terbaik untuk mempengaruhi orang independen dan cerdas adalah dengan
memperbolehkan mereka untuk memiliki pengaruh pada mesalah yang mereka
pedulikan. Karena biasanya sesuatu yang tidak diketahui pemimpin, sangat masuk
akal untuk mencari tahu bersama, dengan menggunakan keahlian siapapun yang
memiliki informasi atau ide yang relefan. Meskipun asumsi yang heroik tidak
mudah mati, penyebaran yang lebih besar, dari orang berkemampuan akan
memperkecil kemungkinan bagi pemimpin untuk menggunakan kekuatan direktif.
------------------------------------
Muhammad Arsyad; Disampaikan dalam Diskusi Ilmiah (17 Maret
2014) Di Aufklarung Institud
Makassar.
Daftar
Pustaka
Chowdhury, Subir, Organisasi Abad 21. PT. Indeks Kelompok
GRAMEDIA. Jakarta, 2005
Kusmana, H.
Suherli, Merancang Karya Tulis Ilmiah.
PT. Remaja RosdaKarya. Bandung, 2010
Lucacs, Georg, Dialektika Marxis. Ar-Ruzz Media.
Jogjakarta, 2010
Mc Lellan David, Idiologi Tanpa Akhir. Kreasi Wacana.
Jogjakarta, 2005
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara.
Jakarta, 2009
Situmorang, Abdul Wahid, Gerakan Sosial. Pustaka Pelajar. Jogjakarta, 2007
0 Response to "Organisasi dan Masa Depan"
Posting Komentar