1. Riwayat
Hidup dan Karyanya
Pierre-Felix
Bourdieu, lahir 1 Agustus 1930 di Desa Denguin, di Distrik Pyrenees-Atlantiques
Barat Daya Prancis dikenal sebagai sosiolog, antropolog, dan jawara pergerakan
anti globalisasi. Karyanya memiliki bahasan luas mulai dari etnografi hingga
seni, sastra, pendidikan, bahasa, selera kultural, dan televisi. Pendidikan licee (SMA)-nya di Pau kemudian
pindah ke licee louis-le Grand di Paris; dari sini dia diterima masuk Ecole
Normale Superieure---salah seorang temannya adalah Jacques Derrida dan di
sana belajar filsafat pada Louis
Althusser.
Bourdieu
tertarik pada pemikiran Marleau-Ponty, Husserl— karya Heidegger Being and Time sudah lebih dulu
dibaca—dan tulisan-tulisan Marx. Tesisnya tahun 1953 merupakan terjemahan dan
ulasan Animadversiones karya Leibnis.
Setelah diterima di Agregation dan
mendapat Agrege dia menjadi pengajar
lycee di Moulins pada tahun 1955 kemudian bergabung dengan ketentaraan dan
dikirim ke Aljazair selama dua tahun. Pada tahun 1958 mengajar di Universitas Aljazair dan
melahirkan buku pertamanya, Sociologie de
I’Algerie (diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Algerian). Pengaruh-pengaruh yang membentuk pemikiran
Bourdieu sangat beragam karena
menggabungkan sosiologi, antroplogi, dan filsafat.
Pada
tahun 1960, Bourdieu kembali ke Paris sebagai
antropolog autodidak dan mengajar di Universitas Paris (1962-1964) dan
di Universitas Lille (1962-1964). Pada tahun 1964 bergabung dengan Ecoles des
Hautes Etudes en Science Sociales dan mendirikan pusat sosiologi pendidikan dan
budaya. Pada tahun 1968 menjadi Direktur Centre de Sociologie Europeenne
kemudian bersama koleganya mempelopori
riset kolektif tentang permasalah pelestarian sistem kuasa dengan menggunakan
transmisi dari budaya dominan.
Pada
tahun 1981, Bourdieu terpilih memegang jabatan di bidang sosiologi di
College de France dan pada tahun 1993 di
anugrahi penghargaan ‘Medaille d’or du Centre Nasional de la Recherche
Scientifique (CNRS)’. Dari tahun 1962 sampai 1983 hidup berumahtangga dengan
Marie-Claire Brizard.
Bourdieu
menulis karya klasik dalam tiap bidang keilmuan
mulai dari pembedahan brilian tentang budaya selera dalam Distinction hingga kajian yang menyempal
tentang social suffering dalam The Weigh of The World; mulai dari
laporan tajam tentang gender dan kuasa dalam Masculine Domination hingga analisisnya yang benar-benar orisinal
tentang relasi pasar dalam The Social
Struktures of the Economiy. Pada tahun 1975 Bourdieu meluncurkan jurnal Actes de la Recherche en Sciences Sociales. Di akhir 1980-an Bourdieu telah menjadi ilmuan sosial Prancis yang paling sering
dikutip di Amerika Serikat. Pada tahun
1996, menjadi pendiri perusahaan penerbitan Liber/Raison
d’Agir. Buku Bourdieu paling terkenal adalah Distinction: A Social Critique of the Judgmen of Taste (1984) oleh
International Sociological Assotiation menganggap sebagai salah satu dari 10 buku sosiologi paling penting di abad
20. Pada tahun 1998, dia menerbitkan sebuah artikel di surat kabar Le Mond. Bourdieu meninggal 23 Januari 2002 karena
kanker di rumah sakit Saint-Antoine Paris.
2.
Epistimologi
Bourdieu; melampaui oposisi biner
Pemikiran Bourdieu dicirikan secara khas oleh beragam
sumber intelektual; Marx, Durkheim, Weber, Sausure, Wittgeinstein, Benveniste,
Canguilhem dan dari berbagai mashab pemikiran yang terentang dari fenomenologi,
strukturalisme hingga filsafat analitis.
Ide-idenya ditulis, dipresentasikan, dan ditulis kembali dengan gaya
dialektis. Ia berkarya menurut cara
spiral antara teori, kerja empiris, dan kembali lagi merumuskan ulang teori
namun pada tingkat yang berbeda.
Karya-karyanya lahir dari pengamatan empiris, berpijak pada kehidupan
sehari-hari dan dapat dilihat sebagai sosiologi budaya atau teori praktik. Istilah kunci dalam pemikirannya adalah
habitus dan ranah (field). Bourdieu memperluas gagasannya tentang
modal ke dalam beberapa kategori, seperti modal sosial dan modal budaya. Bagi
Bourdieu, posisi individu terletak di ruang sosial (social space) yang tidak didefenisikan oleh
kelas, tetapi oleh jumlah modal
dengan berbagai jenisnya dan oleh jumlah relatif modal sosial, ekonomi, dan
budaya yang dipertanggungjawabkan.
Bagaimana
sebuah masyarakat dengan segala seluk-beluknya---mencakup interaksi antar unsur
serta struktur objektif dan subjektifnya---terbentuk? Pertanyaan besar bagi
Pierre Bourdieu sehingga layak disebut
filsuf. Dalam pemikirannya, ia bukan
hanya menjawab pertanyaan tentang
asal-usul dan seluk-beluk masyarakat, tetapi sekaligus menjawab
persoalan-persoalan baru yang diturunkan dari pemikiran-pemikiran sebelumnya;
Pertentangan struktur vs agensi, faktor objektif vs faktor subjektif,
objektifisme vs subjektifisme, nature vs histori, doxa vs episteme, material vs
simbolik, kesadaran vs ketidaksadaran, kebebasan manusia vs keterikatan oleh
struktur, serta ekonomi versus budaya semuanya terjelaskan dan teratasi dengan
pemikirannya. Semua dijelaskan secara unik dengan konsep-konsep khusus yang
memilki daya penjelas teoritis dan secara operasional membantu mengarahkannya
kepada analisis terhadap praktik kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Melalui konsep tersebut, Bourdieu bukan hanya
mengatasi persoalan kesenjangan antara teori dengan konsep-konsep
sekaligus juga mengatasi persoalan kesenjangan antara antara teori dan praktik,
pikiran dan tindakan, serta ide dan realitas konkret.
Persoalan
yang di garap Bourdieu tentang bagaimana
suatu pengetahuan dan unsur-unsur budaya lainnya disebarkan serta berpengaruh
dalam masyarakat. Ia juga ingin
melampaui dikotomi agensi vs struktur dan menjelaskan secara lebih komperhensif
dinamika kehidupan masyarakat dengan membedakan struktur objektif yang
terpampang dalam ruang sosial dari struktur subjektif berupa disposisi yang ada
dalam diri individu. Tujuan yang ingin dicapai; ”…mewujudkan suatu ilmu tentang
hubungan-hubungan dialektis antara struktur-struktur objektif…dengan berbagai
disposisi terstruktur yang menjadi wahana teraktualisasikannya
struktur-struktur tersebut dan yang cenderung mereproduksi berbagai disposisi
tersebut”. Menurut Bordieu; konsep
oposisi agensi vs struktur tidak memadai untuk menjelaskan realitas sosial.
Praktik sosial tidak dapat begitu saja di jelaskan sebagai produk dari struktur
atau agensi sebagai subjek. Penjelasan relasional yang menunjukan dinamika
hubungan antara agensi dan struktur diperlukan untuk menemukan hubungan saling
mempengaruhi yang tidak linear diantara keduanya.
3.
Metode;
Strukturalisme Generatif
Seluruh
tindakan manusia terjadi dalam ranah sosial yang merupakan arena bagi
perjuangan sumber daya. Individu,
institusi dan agen lainnya mencoba untuk membedakan dirinya dari yang lain dan
mendapatkan modal yang berguna atau berharga di arena tersebut. Dalam
masyarakat modern, terdapat dua sistem hierarkisasi yang berebeda. Pertama
adalah sistem ekonomi, di mana posisi dan kuasa ditentukan oleh uang dan
harta—modal yang dimilki seseorang. Sistem
kedua adalah budaya dan simbolik. Dalam sistem ini, status seseorang di
tentukan oleh seberapa banyak ‘modal simbolik’ atau modal budaya. Dalam Distinction—penelitian empirik di tahun
1960-an— Bourdieu berpendapat bahwa selera, sebuah perolehan ‘kompetensi
kultural’, digunakan untuk melegitimasi perbedaan-perbedaan sosial. Habitus
dari kelas dominan dapat dilihat dalam gagasan bahwa selera merupakan anugrah
dari alam. Selera berfungsi untuk
membuat ‘distingsi’ sosial.
Kontribusi
Bourdieu terhadap ilmu-iilmu sosial menyangkut upayanya membangun sebuah teori umum tentang
praktik. Bourdieu bermaksud mengatasi
oposisi antara dua konsepsi pengetahuan ilmiah— perspektif objektivisme dan
subjektivisme yang tidak bisa didamaikan—dan mengubahnya menjadi sebuah
hubungan dialektis antara struktur dan agensi.
Dengan menggunakan pendekatan Strukturalisme Generatif sebagai kerangka teori dan metode, Bourdieu
mendeskripsikan suatu cara berpikir dan cara mengajukan pertanyaan. Melalui teori dan metode tersebut,
Bourdieu mendeskripsikan, menganalisis
dan memperhitungkan asal-usul seseorang, asal-usul berbagai struktur serta
kelompok sosial—sebagai relasi dialektis antara struktur dan
agensi—sebagai teori analisis dialektis
atas kehidupan praktis. Perspektif ini
menawarkan kesanggupan untuk menunjukan hubungan saling mempengaruhi antara
praktik ekonomi personal dengan dunia
sejarah kelas dan praktik sosial yang’eksternal’. Tugas disamping menginginkan
cara berpikir relasional dan melampaui apa yang dideskripsikan Bourdieu sebagai
oposisi artifisial antara struktur objektif dan representasi subjektif. Tugas ini juga tidak dapat direduksi menjadi
suatu pemeriksaan atas interaksi-interaksi kongkret diantara masyarakat. Dengan pendekatan Strukturalisme Generatif,
Bourdieu berargumen bahwa realitas sosial
itu sendiri bersifat kompleks dan bahwa ilmu sosial (antropologi, sosiologi,
ilmu pendidikan dan sejarah) harus
menciptakan konsep dan metode untuk merefleksikan dan memahami realitas semacam
itu. Strukturalisme Generatif dirancang
sebagai kerangka teori dan metode untuk memahami asal-asul struktur sosial
maupun disposisi (disposition) habitus para agen yang tinggal di dalam
struktur-struktur ini.
Berseberangan
dengan Cartesian—pandangan Cartesian membedakan secara jelas dan terpilah
antara subjek dengan dunia luar—Bourdieu
menganggap bahwa subjek dan dunia luar begitu juga agensi dan struktur
bukan dua substansi yang dapat dipilah begitu saja tetapi keduanya saling
terkait dan saling mempengaruhi dalam satu proses untuk menghasilkan praktik
sosial. Struktur Objektif merupakan jejak pengaruh Marxisme sebagai dasar
keterputusan Bourdieu dengan fenomenologi sedang Struktur Subjektif merupakan
jejak-jejak fenomenologi sebagai dasar keterputusan Bourdieu dengan
Marxisme. Bourdieu melakukan
keterputusan dengan Marxisme moderen karena terlalu menekankan faktor ekonomi
sebagai struktur yang membentuk manusia dan mengabaikan subjektifitas `manusia
sebagai agen. Keterputusannya dengan
fenomenomlogi karena kecenderungan fenomenologi menempatkan manusia sebagai subjek penentu dengan kesadarannya
dan menganggap sepi pengaruh realitas sosial yang tampil sebagai struktur
objektif. Keterputusan dengan Marxisme
dan Keterputusan dengan Fenomenologi akhirnya Bourdieu menegaskan bahwa; cara
berpikir linear dan oposisi biner yang mempertentangkan agen dan struktur tidak
memadai untuk menjelaskan seluk beluk masyarakat.
Menjelaskan
hubungan agensi dan struktur yang tidak
linear tersebut, Bourdieu lalu mengajukan konsep khasnya; Habitus dan Ranah
(Field). Habitus sebagai “….suatu sistem oposisi yang berlangsung lama dan
berubah-ubah (durable, transposible disposition) yang berfungsi sebagai basis
generatif bagi praktik-praktik yang terstruktur dan terpadu secara
objektif.” Sedang Ranah merupakan jaringan relasi antara
posisi-posisi objektif dalam suatu tatanan sosial yang hadir terpisah dari
kesadaran dan kehendak individual.
Habitus dan ranah merupakan perangkap konseptual utama karya Bourdieu
ditopang oleh sejumlah ide lain, seperti kekuasaan simbolik, strategi, dan
perebutan (kekuasaan simbolik dan material), beserta beragam jenis modal (modal
ekonomi, budaya dan simbolik). Didalam
ranah menurut Bourdieu; pertaruhan sosial selalu terjadi. Mereka yang memiliki modal dan habitus yang
sama dengan kebanyakan individu akan lebih mampu melakukan tindakan
mempertahankan atau mengubah struktur dibanding mereka yang tidak memiliki
modal. Secara ringkas, Bourdieu
menyatakan rumus generatif yang menerangkan praktik sosial dengan persamaan :
(Habitus X Modal) + Ranah = Praktik.
Rumus ini mengganti setiap relasi sederhana antara individu dan struktur
dengan relasi antara habitus dan ranah yang melibatkan modal.
4.
Habitus
Habitus
adalah suatu sistem disposisi yang berlangsung lama dan berubah-ubah (durable, transposible dispotition) yang
berfungsi sebagai basis generatif bagi praktik-praktik yang terstruktur dan
terpadu secara objektif. Habitus
mengacu pada sekumpulan disposisi yang tercipta terformulasi melalui kombinasi
struktur objektif dan sejarah personal. Disposisi diperoleh dalam berbagai
posisi sosial yang berada di dalam suatu ranah, dan mengimplikasikan suatu
penyesuaian subjektif terhadap posisi tersebut.
Habitus
sebagai struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas sosial. Individu menggunakan habitus dalam berurusan
dengan realitas sosial. Habitus
merupakan struktur subjektif yang
terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada
dalam ruang sosial. Habitus
diindikasikan oleh skema-skema yang merupakan perwakilan konseptual dari
benda-benda dalam realitas sosial.
Manusia memiliki sekumpulan skema yang terinternalisasi dan melalui
skema-skema itu mereka mempersepsi, memahami, menghargai serta mengevaluasi
realitas sosial. Berbagai macam skema
tercakup dalam habitus; konsep ruang, waktu, baik-buruk, sakit-sehat,
untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, atas-bawah, depan-belakang,
kiri-kanan, indah-jelek, dan terhormat-terhina.
Skema tersebut diungkapkan dalam wujud istilah sebagai hasil
penamaan. Skema-skema dimaksud
berhubungan sedemikian rupa membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka
tindakan kepada individu dalam hidup kesehariannya bersama orang-orang lain.
Habitus
juga mencakup pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang dunia, yang
memberikan kontribusi tersendiri pada realitas dunia tersebut. Oleh sebab itu,
pengetahuan seseorang memilki kekuasaan konstitutif (kemampuan menciptakan
bentuk realitas dunia) yang genuin dan bukan semata-mata refleksi dunia ‘riil’. Karena cara perkembangan ini, habitus tak
pernak ‘tak berubah (fixed)’—baik melalui waktu untuk seorang individu, maupun
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagaimana posisi yang terdapat di
dalam berbagai ranah berubah-ubah, demikian juga berbagai disposisi yang
membentuk habitus.
5.
Modal
Bagi
Bourdieu defenisi modal sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat
memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut yang tersentuh, namun memiliki
signifikansi secara kultural, misalnya prestise, status dan otoritas (yang
dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefenisikan sebagai
selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi).
Modal budaya dapat mencakup rentangan luas properti seperti seni,
pendidikan dan bentuk-bentuk bahasa. Modal
berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat didalam suatu sistem
pertukaran dan istilah ini diperluas pada segala bentuk barang—baik materil
maupun simbol, tanpa perbedaan—yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu
yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu.
Keterkaitan
antara ranah, habitus dan modal bersifat langsung. Nilai yang diberikan modal dihubungkan dengan
berbagai karakteristik sosial dan kultural habitus. Ranah dikitari oleh relasi kekuasaan objektif
yang memiliki basis material.
Jenis-jenis modal yang dikenal dalam ranah-ranah tertentu dan yang
digabungkan ke dalam habitus, sebagian juga dihasilkan oleh basis material
tersebut. Lazimnya, jumlah (volume)
modal, sebagaimana struktur modal tambahan juga merupkan suatu dimensi penting
di dalam ranah.
Beragam
jenis modal dapat ditukar dengan jenis-jenis modal lainnya—yang artinya modal bersifat dapat ditukar. Penukaran paling hebat yang telah dibuat
adalah penukaran pada modal simbolik, sebab dalam bentuk inilah bentuk-bentuk
modal yang berbeda dipersepsi dan dikenali sebagai sesuatu yang legitimit. Agar dapat dipandang sebagai seseorang atau
kelas yang berstatus dan mempunyai prestise, berarti ia harus diterima sebagai
sesuatu yang legitimit dan terkadang sebagai otoritas yang juga legitimit. Posisi semacam itu membawa serta kekuasaan
untuk memberi nama (aktivitas, kelompok), kekuasaan untuk mewakili pendapat
umum (common sense) dan yang terpenting kekuasaan untuk menciptakan versi dunia
sosial yang resmi. Kekuasaan untuk
merepresentasikan seperti ini berakar dalam dunia simbolik.
6.
Ranah
Habitus
mendasari ranah yang merupakan jaringan relasi antara posisi-posisi objektif
dalam suatu tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran individuial. Ranah bukan ikatan intersubjektif antar
individu, namun semacam hubungan yang terstruktur dan tanpa disadari mengatur
posisi-posisi individu dan kelompok dalam tatanan masyarakat yang terbentuk
secara spontan. Habitus memungkinkan
manusia hidup dalam keseharian secara
spontan dan melakukan hubungan dengan pihak-pihak di luar dirinya. Dalam proses interaksi dengan pihak luar terbentuklah ranah, jaringan relasi
posisi-posisi objektif. Ranah merupakan
metafora yang digunakan Bourdieu untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang
terstruktur dan dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya.
Ranah
mengisi ruang sosial—mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia
sosial. Konsep ini menganalogikan
realitas sosial sebagai sebuah ruang dan pemahamannya menggunakan pendekanan
topologi. Ruang sosial dapat dikonsepsi
sebagai terdiri dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan terhadap
satu sama lain serta sejumlah titik kontak.
Ruang sosial individu dikaitkan melalui waktu (trajektori kehidupan)
dengan serangkaian ranah tempat orang-orang berebut berbagai bentuk modal. Dalam ruang sosial, individu dengan
habitus-nya berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial yang
menghasilkan tindakan-tindakan sesuai
dengan ranah dan modal yang dimilikinya.
7.
Praktik
Praktik
merupakan suatu produk dari relasi antara habitus sebagai produk sejarah dan
ranah yang juga merupakan produk sejarah.
Pada saat bersamaan habitus dan ranah juga merupakan produk dari medan
daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam
suatu ranah ada pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta orang yang memiliki banyak
modal dan orang yang tidak memiliki modal.
Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, suatu kekuatan spesifik
yang beroperasi di dalam ranah. Setiap
ranah menuntut individu untuk memiliki modal-modal khusus agar dapat hidup
secara baik dan bertahan didalamnya.
8.
Penutup
Bourdieu
mengatasi persoalan pertentangan antara struktur vs agensi. Ia memandang kehidupan sosial sebagai relasi
dialektis antara struktur dan agensi. Pandangan ini membuat kehidupan sosial menjadi
sangat kompleks. Bourdieu mengembangkan
pendekatan strukturalisme generatif sebagai kerangka teori dan metode untuk
memahami kompleksitas realitas sosial.
Pendekatan ini menggunakan cara berpikir relasional, melampaui oposisi
artifisial antara struktur objektif dan representasi subjektif, serta menghindari reduksi sekadar pemeriksaan
atas interaksi-interaksi kongkret diantara masyarakat.
Bourdieu
dinilai banyak kritikus berhasil menjelaskan secara komprehensif bagaimana
terjadinya prakltik sosial. Ia berhasil
merumuskan sebuah teori tentang praktik sosial yang memberi kerangka bagi
analisis terhadap kehidupan sosial secara indegenous. Dengan konsep-konsep dalam teorinya,
penelitian sosial dimungkinkan untuk menggali ciri khas dan keunikan sebuah
masyarakat, mulai dari karakteristik subjektif dari individu hinga karakteristik dari struktur
objektifnya. Konsep-konsep itu juga memungkinkan
peneliti sosial memahami dinamika hubungan antara agensi dan struktur yang
tidak linear dan khas untuk setiap masyarakat.
Teori
Bourdieu memberi kerangka yang lebih jelas, praktis dan komprehensif dalam
menjawab berbagai masalah sosial yang belum terselesaikan oleh pemikir-pemikir
sosial sebelumnya, terutama persoalan-persoalan
dikotomis dalam teori sosial.
Pertentangan subjek-objek, struktur-agensi, pikiran-tindakan,
teori-praktik dan dikotomi lain yang mengikuti pola oposisi biner terlampaui
dalam pemikiran Bourdieu. Ia bukan hanya berhasil menjelaskan asal-usul masyarakat,
tetapi juga berhasil melampaui oposisi biner dalam ilmu sosial.
Makassar,
24 Februari 2014
Catatan:
Richard
Harker, Cheelen Mahar dan Chris Wilkes. (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik;
Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, Jalasutra,
Yogjakarta, 2009.
0 Response to "Pierre Felix Bourdieu; Melacak Asal-usul Masyarakat, Melampaui Oposisi Biner dalam Ilmu Sosial*"
Posting Komentar